Pages

Monday 10 December 2012

Alhamdulillah..


Alhamdulillah,
bersyukur aku bisa bertemu denganmu, lebih dari itu bersyukur bisa mengenalmu hingga Allah menurunkan cinta ini untukmu, yang aku selalu berharap ini tidak membuat aku lupa akan siapa pemberi cinta ini?

Entah dengan cara apa allah menemukan dan memberikan cinta ini, yang pasti "kun" maka jadilah..
Juga entah kenapa aku terus menekunimu meskipun jelas, aku adalah seseorang yang tertolak. Sepertinya Allah menunjukkan jalanNya untukku menekunimu, hal-hal yang sudah terlewati baik itu kecil atau besar, mungkin hanya itu yang bisa membawa kita sampai ditahap ini, dititik ini, ditakdir Allah yang harus kita jalani dan terus ikhtiarkan.

Seperti sebuah kebetulan memang, semua jalan yang aku ramu dari dulu sampai sekarang, selalu berujung di kamu, tapi itu bukan kebetulan ini semacam jalan dari Allah buat aku terus menapaki jalanku menuju dan menekunimu.

Agaknya tidak masuk akal, aq (masih) memilihmu sedangkan kamu tak lagi membuka hatimu saat itu. Tapi bukan itu yang Allah berikan..bukan itu! Allah menyuruhku sabar,tetap dijalanku sampai akhirnya hanya kesabaran dan ketulusan lah yang menjawab.

Ini benar-benar seperti sandiwara di layar kaca, ketika aku benar-benar terjatuh dalam rasaku,tiba-tiba kamu datang dengan segala perangaimu yang aku rindukan kala itu. Apakah ini sebuah kebetulan? Bukan!! kataku..ini takdir Allah, ini Ridho dan Ijin Allah, aku seperti berjalan di jalan lurus menuju kamu, tapi kemudian Allah membelokkan jalan yang aku tempuh,yang dibelokan itu jalan penuh dengan apa yang selalu orang bilang rintangan. Bukan itu yang Allah mau, bukan itu yang kepengin aku tahu dari jalan belokan itu, Allah kepengin aku sabar, sabarr dan sabar..benarlah, saat aku diujung belokan tujuannya cuma satu yaitu KAMU.

Kemudian Allah menakdirkan lain, aku benar-benar harus jatuh hati kepadamu, seseorang yang benar-benar aku tekuni dan aku tunggu di sisi hatiku. Tapi tidak berhenti disitu, pun saat kita menjalani takdir ini..bukan sedikit rintangan. Tapi bukan itu yang Allah pengin sekali lagi benar-benar kesabaranlah yang menjadi penolong, bukan penolong..petunjuk ke jalan yang benar. Selalu ingat bahwa Allah lah yang memberikan semua-semuanya yang terjadi di antara kita dan Allah lah yang merestui semua-semuanya ini supaya kita lebih bersabar. Sabar terus, sabar lagi, sabar terus..

Tak perlu tergesa-gesa mendahului kehendak Allah,semuanya sudah tersusun rapih di Diary Allah.

Sampai nanti ya Allah Dzat Yang Maha Menakdirkan,sampai nanti IKHTIAR ini, aku Ridho dan Ikhlas berada diJalanMu yaitu sebaik-baiknya jalan yang harus aku tempuh, aku pasrah apapun takdirmu, karena sesungguhnya takdirMu lah yang paling Indah untukku.

Alhamdulillah ya Allah, terima kasih atas nikmat Iman dan IslamMu. Semoga dia adalah takdirMu untuk aku, bukakan lah hatinya ya Allah jika saat ini belum terbuka,lapangkanlah pikirannya ya Allah jika saat ini belum lapang, berilah ia kesabaran seperti engkau memberikanku jalan kesabaran, berilah dia petunjuk saat dia tersesat dijalan yang tidak seharusnya. Jadikan lah ia wanita sholeh yang mengerti dan paham hukum islam supaya dia menjadi calon istri ahli syurga ya Allah. aamiin aamiin ya Robbal'alamin. :)

Sunday 4 November 2012

[Yang Pengin Masuk Sorga Aja!] Harusnya Gini nih Istri dan Calon istri nih. :D


Adapun kewajiban bagi pihak istri adalah tidak akan membebani suaminya dengan hal-hal yang tidak sanggup ia kerjakan dan tidak menuntut sesuatu yang lebih dari kebutuhan. Sikap ini dapat menjadi bantuan untuk suami dalam urusan finansial.
Alangkah mulianya seorang wanita yang berjiwa qana`ah, cermat dalam membelanjakan harta demi mencukupi suami dan anak-anaknya. Dahulu kala, para wanita kaum salaf memberi wejangan kepada suami atau ayahnya, “Berhatilah-hatilah engkau dari memperoleh harta yang tidak halal. Kami akan sanggup menahan rasa lapar namun kami tak akan pernah sanggup merasakan siksa api neraka.” Inilah akhlak pertama bagi pihak istri.

Kedua, istri shalihah adalah istri yang berbakti kepada suaminya, mendahulukan hak suami sebelum hak dirinya dan kerabat-kerabatnya. Termasuk dalam masalah taat kepada suami adalah berlaku baik pada ibu mertua.

Ketiga, istri sebagai guru pertama bagi anak-anak, hendaknya mendidik mereka dengan pendidikan yang baik, memperdengarkan kata-kata yang baik, mendoakan mereka dengan doa yang baik pula. Semuanya itu merupakan implementasi bakti istri kepada suaminya.

Keempat, karakter istri dengan adab baik adalah tidak mengadukan urusan rumah tangga dan mengungkit-ungkit perkara yang pernah membuat diri si istri sakit hati dalam pelbagai forum. Hal yang sering terjadi pada diri seorang wanita yaitu menceritakan keadaan buruk yang pernah menimpanya kepada orang lain. Seakan dengan menceritakan masalah yang melilit dirinya urusan akan terselesaikan. Namun yang terjadi sebaliknya, keburukan dan aib keluarga justru menjadi konsumsi orang banyak, nama baik suami dan keluarga terpuruk, dan jalan keluar tak kunjung ditemukan.

Bentuk adab  kelima, tidak keluar dari rumahnya tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari suami. Mengenai hal ini, Nabi telah mewanti-wanti dengan bersabda, “Hendaknya seorang wanita (istri) tidak keluar dari rumah suaminya kecuali dengan seizin suami. Jika ia tetap melakukannya (keluar tanpa izin), Allah dan malaikat-Nya melaknati sampai ia bertaubat atau kembali pulang ke rumah.” (HR. Abu Dawud, Baihaqi, dan Ibnu `Asakir dari Abdullah bin Umar).
Demikian halnya dalam masalah ibadah non-wajib seperti puasa sunnah, hendaknya seorang istri tidak melakukannya kecuali setelah suami memberi izin.
Betapa indah kehidupan pasangan suami-istri yang menjadikan rumah tangga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam sebagai titik singgung dalam menghidupkan hubungan harmonis. Tidak ada yang sempurna dari pribadi pria sebagai suami dan wanita sebagai istri. Kelebihan dan kekurangan pasti adanya. Suami-istri yang sadar antara hak dan kewajibannya akan melahirkan generasi penerus kehidupan manusia yang saleh, pribadi bertakwa, dan menjadikan ridha Allah sebagai tujuan utama.
Membina rumah tangga bahagia perlu keterampilan, kepandaian, dan kebijakan pengelolalnya. Masing-masing pasangan dituntut untuk pandai dan bijak mengelola rumah tangga keduanya, pandai dan bijak mengelola hubungan dengan buah hati mereka, pandai dan bijak mengatur waktu antara bekerja dan bercengkrama dengan pasangannya, pandai dan bijak mengelola keuangannya, bahkan pandai dan bijak mengelola cintanya.

Subhannallah yah, emang bener deh Rosululloh itu telada bagi UmmatNya. :D

Berusaha Lagi na, seperti ini. :D

Pertama,

Bagi seorang suami hal pertama yang wajib diketahui dalam mempergauli istri adalah mengedepankan sikap welas asih, cinta, dan kelembutan.
Dalam Al-Qur`an, Allah berfirman;
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً
“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut, kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisa` : 19)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik perlakuannya kepada keluargaku.”
Kedua,
Sebagai seorang kepala keluarga, suami dianjurkan untuk memperlakukan istri dan anak-anaknya dengan kasih sayang dan menjauhkan diri dari sikap kasar.
Adakalanya seorang suami menjadi tokoh terpandang di tengah masyarakat, ia mampu dan pandai sekali berlemah lembut dalam tutur kata, sopan dalam perbuatan tapi gagal memperlakukan keluarganya sendiri dengan sikapnya saat berbicara kepada masyarkat.
Ketiga,

seorang suami sangat membutuhkan pasokan kesabaran agar ia tangguh dalam menghadapi keadaan yang tidak mengenakkan. Suami tangguh adalah suami yang tidak mudah terpancing untuk lekas naik pitam saat melihat hal-hal yang kurang tepat demi cinta dan rasa sayangnya kepada istri.
Betapa sabarnya Rasulullah sebagai seorang suami dalam mengurusi para istrinya.
Begitu sabarnya, sampai-sampai sebagai sahabat beliau mengatakan, “Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih pengasih kepada keluarganya melebihi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam.”(HR. Muslim).

Keempat,

seorang suami hendaknya mampu mencandainya. Adanya canda dan tawa dalam kehidupan berumah tangga lazim selalu dilakukan. Bayangkan apa yang terjadi jika pasangan suami-istri melalui hari-harinya tanpa canda. Lambat laun rumah tangganya menjadi bak areal pemakaman yang sepi, senyap, hampa.
Suami yang ingin menunaikan hak-hak istrinya akan berusaha mengundang canda, gurauan, yang mencairkan suasana dengan senyum dan tawa; berusaha untuk bermain perlombaan dengan istri seperti yang dilakukan Rasulullah kepada istrinya Aisyah Ra.
Dalam diri setiap manusia terdapat sifat kekanak-kanakan, khususunya pada diri seorang wanita. Istri membutuhkan sikap manja dari suaminya dan karenanya jangan ada yang menghalangi sikap manja seorang suami untuk istrinya.

Oke, Bismillah..semoga bisa menjadi Calon Suami Ahli Surga.. aamiin. :D



Monday 29 October 2012

Kabulkan Harapan

Assalamua'laikum Wr. Wb.

Hemm,
Ini dasar kenapa kita harus selalu berdoa kepada Allah SWT, karena sebenernya yah emang cuma sama Dia aja kita berdoa, dan itu PASTI DIKABULKAN. Pointnya adalah DIKABULKAN nya sesuai dengan kehendak Allah dong.

Yukk, kita simak penjelasannya. :D


Padahal janji Allah SWT terhadap insan yang senantiasa menjaga harapan telah dinyatakan. Allah SWT berfirman: 

“Berharaplah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan harapanmu sekalian.” (QS. Almukmin: 60). Allah SWT akan mengabulkan harapan bagi siapa saja yang berharap hanya kepada-Nya (QS. Al Baqarah: 186).
Di antara golongan manusia yang mendapat prioritas cepatnya terkabul harapannya, sesuai dengan beberapa penjelasan hadits Rasulullah SAW yaitu orangtua, orang yang teraniaya, pemimpin yang adil, juga harapan kebaikan dari seseorang kepada orang lain yang jauh dari dirinya. Rasulullah SAW bersabda:"Tidaklah seorang Muslim mendo’akan saudaranya yang tidak berada dihadapannya, melainkan malaikat akan berkata: ‘Dan engkau juga mendapatkan yang seperti itu." (HR. Muslim).
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Cara Allah SWT mewujudkan harapan
Persoalannya, yang sering alfa dalam pengetahuan sebagian orang adalah, bagaimana Allah SWT memperkenan atau mewujudkan harapan-harapan itu? Pemahaman terhadap jawaban pertanyaan ini penting, agar terhindar dari prasangka buruk (su’uzzhan) terhadap diri apatah lagi terhadap Allah SWT.
Dalam hadits riwayat Ahmad dan al-Hakim dari Abu Sa’id dijelaskan oleh Rasulullah SAW tiga cara Allah SWT mengabulkan setiap harapan atau do’a hamba-Nya. Dengan catatan, seorang hamba tersebut tidak memutuskan hubungan silaturrahim dan melakukan dosa besar. Cara Allah SWT mengabulkan harapan (do’a) tersebut adalah:
Pertama, harapan itu langsung dikabulkan atau dalam waktu yang tidak berapa lama. 
Kedua, harapan itu ditunda di dunia dan menjadi tabungan pahala yang akan diterima di akhirat nanti. Seringkali misalnya, keadilan di dunia sulit didapatkan, namun percayalah keadilan akhirat pasti ada. Pengadilan akhirat tidak pernah pandang bulu bahkan menerima sogokan dalam memvonis kasus kehidupan di dunia. Kesadaran ini seharusnya memupuk optimis atau harapan dalam hidup. Sebab, senantiasa berharap (raja’) atas nikmat dan ridho dari Allah SWT merupakan akhlak yang terpuji yang mampu memupuk keimanan dan  mendekatkan diri seorang hamba kepada-Nya. Hasil kebaikan ini senantiasa akan mendapatkan balasannya. Tidak di dunia, di akhirat pasti.
Ketiga, dijauhkan dari keburukan yang sebanding dengan harapan itu. Dengan kata lain, Allah SWT mengabulkan harapan dengan mengganti sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan, yaitu terhindar dari musibah yang seharusnya menimpa kita. Atau mengganti harapan itu dengan sesuatu yang tidak pernah kita harapkan. Mengapa? Karena Allah SWT lebih tahu apa yang terbaik bagi kehidupan hamba-Nya (QS. Al Baqarah: 216). Sebab, Dia-lah zat yang menguasai yang awal, yang akhir, yang zahir, yang bathin, dan Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. Al Hadid: 3).
Rencana Allah SWT lebih hebat
Apa yang diharapkan oleh seorang hamba boleh jadi hal itu sesuatu yang buruk baginya. Sebaliknya, apa yang tidak diharapkan boleh jadi itulah yang terbaik untuk kita.
Perhatikanlah firman Allah SWT yang mulia ini.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu. (Mengapa?) Allah maha mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”(QS. Albaqarah: 216).
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa, rencana Allah SWT terhadap diri kita lebih hebat dari rencana yang kita buat. Oleh sebab itu, logis jika kita dilarang berhenti berharap karena hal itu tidak akan mendatangkan kebaikan apapun.
Ada di antara kita, bahkan boleh jadi kita pernah melakukannya. Mengeluh dan dengan tega  mengatakan: “Saya tidak memiliki apa-apa dan siapa-siapa lagi dalam hidup ini”.

Gimana? ngerti kan?
Gitu tuh cara Allah MENGABULKAN doa hambaNya...
Mari kita ikhtiar, berdoa,berdoa dan berdoa.. :D

Saturday 27 October 2012

Hayo na, BERUSAHA seperti INI. :D

*lovestruck*


SEBAGIAN besar wanita yang belum berumah-tangga merasa wajib menjadi baik, antara lain disebabkan keinginan mendapatkan suami yang baik dan sholeh pula, berdasarkan inti ayat yang terkandung di dalam surah An-Nur, ayat 26.
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).”
Memang ini bukan motivasi utama bagi sebagaian orang namun sedikit banyak mempengaruhi hati wanita yang baik. Dari sisi lain, menjadi baik dan sholehah adalah kewajipan dan keutamaan yang tersendiri.
Namun bagaimana dengan kaum lelaki? Ditinjau dari sudut bacaan dan tulisan, kebanyakannya menumpukan kepada amal-amal sholeh yang harus dilaksanakan dan lebih memfokuskan serta mengarahkan kepada prestasi yang harus diraih dari sudut duniawi, maupun ukhrawi. Maka lahirlah lelaki-lelaki tangguh yang sholeh tetapi sebahagian kering rasa, tidak atau kurang mahir menunjukkan rasa sayang. Slogan mereka adalah “Sayang, kami bermaksud menyelamatkanmu dari neraka.” Sedangkan di saat yang sama, mereka sendiri tidak faham bagaimana sayang didefinisikan oleh wanita. Mereka juga tidak faham bagaimana usaha menyelamatkan itu seharusnya difahami dan diterima dengan rela dan cinta.
Saya tidak berbicara tentang hubungan lelaki dan wanita di luar konteks rumah-tangga, sebab hubungan di luar ikatan yang halal, berisiko besar untuk diperdaya kehendak nafsu dan tipuan syaithan yang sangat besar.
Yang ingin saya sentuh adalah, apakah ciri-ciri ideal yang seharusnya ada pada seorang suami, sehingga dia berhak mendapatkan gelar “suami sholeh”.
Baik juga sekiranya para pemuda yang merasa sudah layak untuk menyunting seorang wanita, turut ikut mengkaji dan mempelajari, sehingga seimbanglah baiknya mereka dengan baiknya wanita pilihan.
Selain beriman dan bertaqwa yang sudah tentu menjadi kriteria utama pria-pria sholeh, ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan, dengan berkaca kepada akhlaq Rasulullah shallallahu alaihi wassalam terhadap isteri-isterinya.
PertamaPERHATIAN
Yang saya maksud adalah perhatian’ (concern) atau prihatin (dalam bahasa Malaysia).
Suami yang perhatian adalah suami yang peka, cepat sedar akan keperluan isteri, dari berbagai sudut. Apakah dari segi material atau dari segi mental. Dia faham suasana (mood) isteri dari air mukanya, cara berbicara, tatapan mata dan mungkin juga dari keadaan rumah pada menit pertama dia melangkahkan kaki saat pulang dari kerja. Mungkin dia tak tahu apa sebenarnya yang berlaku atau apa sebenarnya yang kurang, tetapi sikap perhatian akan membuat isterinya merasa dihargai dan diakui wujud dalam hidup si suami.
Mungkin dia tidak dapat memenuhi apa yang diperlukan tapi sekurang-kurangnya telah meringankan beban emosi isteri. Suami yang peka akan cepat menghidu aroma duka atau gembira dan akan mengenepikan rasa penatnya, semata-mata untuk menyelami hidup seorang isteri.
Di antara indikasi perhatian adalah; bertanya kabar, tidak harus mendesak sebuah jawaban, tidak mengarah agar segera dibawakan minuman, pandai membawa diri (semua keperluan dibereskan sendiri, red) dan suka mengajak isteri berbicara. Walau hanya sebentar, kepekaan ini sangat membekas di hati para isteri.
KeduaPENYABAR
Wanita sebagaimana kaum pria, dilahirkan dengan beragam watak, bergantung kepada budaya, ilmu dan latar belakang kehidupan. Selayaknya manusia biasa, ada yang baik luar dan dalam, tak kurang pula yang masih di dalam proses pemulihan (recovery) dari sederhana atau malah dari buruk dan jahil, ada yang baik di luar dan agak buruk di dalam, tak dinafikan ada yang memang buruk luar-dalamnya dan bermacam-macam lagi.
Di sinilah kesabaran seorang suami akan teruji. Sabar terhadap sikap buruk yang diperlihatkan dan sabar atas kesabaran tanpa batas yang dimiliki isteri. Contoh nyata telah diperlihatkan dengan sangat bijaksana oleh khalifah yang kedua, Umar al-Khattab radhiyallahu anhu.
Diriwayatkan ada seorang lelaki dating kepada Umar bin Khatab dengan maksud mengadukan kejelekan kelakuan isterinya. Lelaki itu berdiri di depan rumah Umar menunggu beliau keluar. Kebetulan ia mendengar isteri Umar sedang menjelek-njelekkan dengan ucapan mulutnya kepada Umar sedangkan Umar diam saja. Maka kembalilah lelaki itu seraya berkata : “Kalau keadaan Amirul Mukminin seperti itu, apalagi saya.” Tak lama kemudian Umar keluar melihat lelaki itu mundur kembali, lalu ditegurlah lelaki itu: “Ada keperluan apa?” Jawab Lelaki: “Wahai Amirul Mukminin, saya datang untuk mengadukan kejelekan kelakuan isteri saya yang menyakitkan hati saya,” sahut Umar: “Wahai saudaraku, Aku ini butuh ucapan jelek isteriku karena hak-hak isteriku yang mesti aku cukupi. Isteriku memasak makanan, membuatkan roti untukku, mencuci pakaianku, dan menyusui anakku. Itu semua bukan menjadi kewajibanku. Hatiku tentram karena dari perkara yang haram, maka saya diam sebagai jaminannya.”
Itulah sikap bijak Umar ibnu Khatab. Beliau sangat memahami hak-hak seorang isteri, dan karenanya ia memilih bersabar. Sikap Umar bukan sebagai bentuk ia lemah, ia bensyukuri mendapatkan seorang isteri yang demikian. Umar tahu, kemarahan istrinya hanya sementara, mungkin karena psikologis istrinya yang kecapaian akibat kerja-kerasnya mengurus suami dan anak-anak.
Saya sudah membaca kisah ini sejak remaja dan saya tidak tahu kesahihan cerita ini. Hanya saja. memang membuat saya terpesona dengan kesabaran dan keupayaan mendengar seorang suami merangkap Amirul Mukminin. Dan saya yakin semua wanita juga mengkagumi kisah ini. Maksud saya, mengkagumi kesabaran yang ditonjolkan.
Rasul junjungan shallallahu alaihi wassalam juga sangat sabar melayan kerenah isteri, terutama Aisyah radhiyallahu anha. Kenapa beliau yang saya berikan tumpuan di sini? Tak lain dan tak bukan kerana usia remaja yang mencabar ditempuhnya bersama Rasulullah dan sikap pembawaannya yang tak jauh dari sikap wanita masa kini alias sikap yang normal dan manusiawi.
Tercatat di dalam sirah sikap Aisyah yang kalau dilihat sepintas lalu akan dianggap tidak sopan.
Aisyah tidak menerima begitu saja setiap apa yang dikatakan Nabi terhadapnya. Dalam bahasa sekarang, orang-orang menamakan sikap itu sebagai “melawan”. Contohnya, ketika dia cemburu dan Nabi menyelar cemburunya dengan mengatakan, “Rupanya syaithan telah datang kepadamu.” Aisyah justru balik bertanya, “Apakah ada syaithan besertaku?”. Jawab Rasulullah, “Tak seorangpun melainkan bersamanya ada syaithan.” Aisyah bertanya lagi, “Besertamu juga?” Dan Rasulullah berkata, “Ya, hanya saja Allah menolongku untuk mengalahkannya sehingga aku selamat.” [Hadith riwayat Muslim dan Nasa’i].
Aisyah sangat cemburu dan kadang sangat emosi. Ingat ketika Rasulullah mendapat kiriman lauk dari Shafiyyah yang pandai memasak, apa yang telah Aisyah lakukan? Dia pecahkan bejana Shafiyyah kemudian menyesali perbuatannya.
Saat dia bertanya kepada Rasulullah apa yang harus dia lakukan untuk menebus kesalahannya, Rasulullah menjawab, “Bejana harus diganti dengan bejana yang sama, makanan harus diganti dengan makanan yang sama.” [Hadith riwayat Abu Daud dan An-Nasa’i].
Aisyah juga memiliki kemampuan memberikan komentar-kemontar yang tajam. Dia memberikan komentar terhadap Shafiyyah sebagai ‘wanita Yahudi di tengah para wanita yang menjadi tawanan’. Namun harus diingat, ucapan Aisyah itu datang dari sifat mudanya disertai rasa cinta dan cemburu yang sangat besar dan tidak melampaui batas.
Ah, seolah-olah saya hanya mencatat ‘keburukan’ Aisyah, padahal kebaikan, kebajikan beliau, tak tertandingi lantaran dia memperoleh didikan langsung dari Rasulullah yang juga suaminya. Maksud saya adalah, lihatlah wahai lelaki, wahai para suami, teladan sabar yang ditunjukkan junjunganmu. Dengan sabar itulah, sikap dewasa dan kritis Aisyah tumbuh sehingga menjadi salah seorang mufti setelah wafatnya Rasulullah. Dia tidak dikungkung dengan “kuasa veto” sang suami.
Dalam kata lain, kebaikan seorang suami akan teruji apabila dia berhadapan dengan situasi yang menuntut kesabarannya. Bukan situasi yang menjurus kepada hal-hal negatif, tetapi situasi yang bak kata pepatah “Sedangkan lidah lagi tergigit.” Kalaupun manusia menyakiti orang terdekat, pasti itu bukanlah hal yang disengaja. Ini pulalah yang terjadi pada suami isteri.*
bersambung…